Marfu’, Manshub, dan Majrur
I. Isim Marfu'
II. Isim Manshub
III. Isim Majrur
- - - I. Marfu' - - -
I. Isim Marfu'
- - - Definisi Isim Marfu' - - -
A. Definisi Isim Marfu'
Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aatMisal
تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ
Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata أَحمَدُ ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata أَحمَدُ tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).
- - - 6 Keadaan Isim Menjadi Marfu' - - -
B. 6 Keadaan Isim Menjadi Marfu'
B. Keadaan yang menyebabkan suatu Isim menjadi Marfu'Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:
1. Mubtada’ (المبتدأ)
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.
Misal :
الكتابُ جديدٌ
Buku itu baru
Kata الكتاب (= buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.2. Khobar Mubtada’ (الخبر)
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Misal :
الكتابُ جديدٌ
Buku itu baru
Pada kalimat الكتابُ جديدٌ di atas, kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar, karena menyempurnakan makna mubtada’3. Isim kaana ( اسم كان) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.
Misal :
كان الكتابُ جديدًا
(Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata الكتابُ (= buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
4. Khobar Inna (خبر إنّ) dan saudara-saudaranyaYaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.
Misal :
إنَّ الكتابَ جديدٌ
Sesungguhnya buku itu baru.
Kata جديدٌ (= baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar inna”
5. Fa’il (الفاعل)Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal :
قـَرأ الطالبُ رسالةً
Siswa itu telah membaca surat.
Kata الطالبُ (= siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek.6. Naibul Fa’il (نائب الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
Misal :
قـُرِأتْ الرسالةُ
Surat itu telah dibaca.
Kata الرسالةُ (= surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu dibaca)
- - - II. Manshub - - -
II. Isim Manshub
- - - Definisi Isim Manshub - - -
A. Definisi Isim Manshub
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah manshubaat.Misal
تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ
Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata اللغةَ ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-I’rob nashob, maka kata kataاللغةَtersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).
- - - 11 Keadaan Isim Menjadi Manshub - - -
B. 11 Keadaan Isim Menjadi Manshub
1. Khobar Kaana (خبر كان)Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.
Misal :
كان الكتابُ جديدًا
(Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata جديدًا (= baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar kaana”.
2. Isim Inna (اسم إن)Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.
Misal :
إنَّ الكتابَ جديدٌ
Sesungguhnya buku itu baru.
Kata الكتابَ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”
3. Maf’ul Bih (المفعول به)Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek.
Misal :
قـَرأ الطالبُ رسالةً
Siswa itu telah membaca surat.
Kata رسالةً (= surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu sebagai objek (maf’ul bih).4. Maf’ul Muthlaq ( المفعول المطلق)
Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.
Misal :
حفظتُ الدرسَ حـِفظاً
Saya benar-benar menghafal pelajaran.
Kata حـِفظاً (penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”5. Maf’ul Li ajlih ( المفعول لأجله)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)
Misal :
حَضَرَ عليُّ إكراماً لِمحمدٍ
Ali hadir karena memuliakan Muhammad.
Kata إكراماً (penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( إكراماً) Muhammad.6. Maf’ul Ma’ah ( المفعول معه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk menunjukkan kebersamaan.
Misal :
استيقظتُ و تغريدَ الطيور
Saya bangun bersamaan dengan kicauan burung-burung.
Kata تغريدَ (=kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.7. Maf’ul Fih ( المفعول فيه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan tersebut terjadi).
Misal :
سافرتْ الطائرةُ ليلا
Pesawat itu mengudara di malam hari.
Kata ليلا (= malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).8. Haal (الحال)
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)
Misal :
جاء الولد باكيا
Anak itu datang dalam keadaan menangis.
Kata باكيا (=menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.9.Mustatsna (المستثنى)
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk menyelisihi hukum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.
Misal :
حَضَرَ الطلابُ إلا زيداً
para siswa hadir kecuali Zaid
Kata زيداً (= Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh إلا (=kecuali) yang merupakan alat istitsna.10. Munada’ (المنادى)
Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).
Misal :
يا رجلا
Wahai seorang lelaki!
Kata رجلا (= seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh يا (= wahai) yang merupakan salah satu alat nida’.11. Tamyiiz (التمييز)
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat sebelumnya yang rancu.
Misal :
اشتريتُ عشرين كتابا
Saya membeli dua puluh buku.
Kata كتابا (= buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.
- - - III. Isim Majrur - - -
III. Isim Majrur
- - - Definisi Isim Majrur - - -
A. Definisi Isim Majrur
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.Misal
تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ
Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata المسجدِ ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu في) dengan tanda kasroh. Karena ber-I’rob jar, maka kata kataالمسجدِ tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan, diantaranya “didahului huruf jar”.
- - - 2 Keadaan Isim Menjadi Marfu' - - -
B. 2 Keadaan Isim Menjadi Marfu'
1. Di dahului oleh huruf jar (سبقه حرف جر)
Misal :
خرجتُ من المنزلِ
Saya keluar dari rumah.
Kata المنزلِ (= rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh مِن (min = dari) yang merupakan huruf jar.2. Mudhof Ilaih (مضاف إليه)
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.
Misal :
اشتريتُ خاَتِمَ حديدٍ
Saya membeli cincin besi.
Kata حديدٍ (= besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada خاَتِمَ (= cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (تابع).
Misal :
جاء رجلٌ كريمٌ
(jaa-a rojulun kariimun)
Telah datang seorang lelaki yang mulia
kata كريم ber-i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu رجلٌ ) ber-i'rob rofa'.
رأئتُ رجلاً كريماً
Saya melihat seorang lelaki yang mulia
kata كريم ber-i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu رجلاً) ber-i'rob nashob.
مررُ برجلِ كريمٍ
Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.
kata كريم ber-i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu رجلِ ) ber-i'rob jar.
Taabi’ (تابع)
dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (النعت), athof (العطف), taukid (التوكيد), dan badal (البدل).
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.
Semua keadaan-keadaan di atas akan dijelaskan secara detail pada kesempatan mendatang, insyaAllah.
------
Terima kasih, sangat membantu untuk memahami peran isim
ReplyDeleteapaan tuu
ReplyDeleteMasya Allah
ReplyDeleteBaarakallaahu fiikum
koreksi : yg dua keadaan itu isim majrur bukan marfu'
ReplyDelete👏
ReplyDeleteTerimakasih sangat membantu untuk belajar bahasa arab, ditunggu penjelasan yang lainnya
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa menjadi bahan pembelajaran
ReplyDelete